Potensi Kakao Yapen Sangat Besar, APKAI Dorong Petani Aktif Rawat Kebun
Info Serui Kota – Tanaman kakao di Kabupaten Kepulauan Yapen menyimpan potensi besar untuk menjadi komoditas unggulan daerah. Ketua Asosiasi Petani Kakao Indonesia (APKAI) Yapen, Gasper Samai, SE, menyebutkan bahwa dari total 631 hektar areal kakao milik masyarakat di 15 distrik, sebagian besar masih belum dikelola secara maksimal.
/2x5x7knkvj5ikzx.jpeg)
Berdasarkan data terbaru per 4 Juli 2025, dari total luas lahan tersebut, hanya 16 hektar tanaman kakao yang saat ini produktif menghasilkan. Sebanyak 209 hektar masih berupa tanaman belum menghasilkan, sementara sisanya, yakni 406 hektar, tergolong tidak produktif karena berbagai faktor seperti kurangnya perawatan dan pemupukan.
“Jangan biarkan kebun kakao jadi hutan kakao. Kalau dirawat dengan baik, bisa jadi bank hidup yang mendatangkan uang setiap panen,” ujar Gasper Samai dalam keterangannya kepada RRI Serui.
Ia mengajak seluruh petani di Yapen untuk mulai kembali aktif membersihkan, memangkas, dan memupuk tanaman kakao mereka. Menurutnya, harga biji kakao dunia yang terus naik, bahkan diprediksi bisa mencapai Rp 500.000 per kilogram pada tahun 2026, merupakan peluang besar bagi petani untuk meningkatkan pendapatan.
Baca juga : Rombongan Jamaah Haji Serui Disambut Haru Oleh Keluarga
Gasper menegaskan bahwa pemeliharaan kakao tidak membutuhkan biaya besar, asalkan ada komitmen dari petani dan sedikit dukungan dari pemerintah daerah. “Pendampingan teknis dan bantuan biaya pemeliharaan sangat dibutuhkan agar petani termotivasi kembali menggarap kebun mereka,” tambahnya.
APKAI Yapen juga mendorong sinergi antara petani, dinas pertanian, serta lembaga pembina pertanian untuk mengaktifkan kembali lahan-lahan tidur. Kakao dinilai sebagai komoditas pertanian strategis di Kepulauan Yapen karena memiliki nilai jual tinggi dan permintaan pasar internasional yang terus meningkat.
Pemerintah Diharap Lebih Hadir
Di tengah kondisi efisiensi anggaran nasional dan kewajiban pembayaran utang daerah. Gasper berharap pemerintah daerah tetap memberi perhatian kepada sektor pertanian rakyat. Ia menyarankan agar program prioritas tetap menyentuh kebutuhan dasar petani. Seperti bantuan alat pertanian, bibit unggul, dan pelatihan budidaya kakao modern.
“Kita tidak bisa hanya berharap dari pusat. Daerah juga harus cerdas mengelola potensi lokal seperti kakao ini,” ujarnya.
Dengan pengelolaan yang serius dan terintegrasi. Gasper optimistis kakao bisa menjadi sumber ekonomi utama bagi ribuan keluarga petani di Kepulauan Yapen. Potensi yang besar harus diiringi dengan tindakan nyata agar tidak sekadar menjadi angan-angan.